1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan
Refleksi Modul 1.1
Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap
pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara:
- Apa yang Anda
percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari
modul 1.1?
- Apa yang
berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul
ini?
- Apa yang dapat
segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran
KHD?
|
Di buat |
: |
5 November
2022 |
|
Sumber |
: |
Kesimpulan
dan Refleksi Pribadi Modul PGP 1.1. Refleksi Filosofi Pendidikan KHD |
|
Penulis |
: |
HAQIQI
NURMADANIA |
|
Unit Kerja |
: |
SMPN 1
Umbulsari |
Pendidikan dan pengajaran tidak dapat
dipisahkan. Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah
bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi
ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin.
Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan
terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang
manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk
menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu
kunci utama untuk mencapainya.
Ki Hajar Dewantara memberikan
pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan
bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau
hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki
lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau
tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari
tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda
jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa
melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang
berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan
kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan
bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan
berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya
anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
KHD juga mengingatkan para pendidik
untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua
yang baru itu berdampak positif, jadi perlu diselaraskan dulu.
Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai
sumber belajar. KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan
dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan
kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah
membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa
menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan
membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga
menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.
Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita
sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar
mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran
sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. Budi
pekerti juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan
pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan
teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita
juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan
nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.
Dalam pembelajaran di kelas hendaknya
kita juga harus memperhatikan kodrat anak yang masih suka bermain.
Lihatlah ketika anak-anak sedang bermain pasti yang mereka rasakan adalah ‘kegembiraan’ dan
itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya. Hendaknya guru
juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak
mudah bosan. Apalagi menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada,
selain menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan
mengajak anak untuk melestarikan kebudayaan.
Hal terpenting yang harus dilakukan
seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya
sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing
ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan
memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya
anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan
bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
Refleksi Saya
Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran
Ki Hajar Dewantara, saya melakuakan proses pembelajaran yang di buat oleh
senior saya, percaya bahwa dengan tindakan-tindakan menghukum dan diberikan sanksi point bagi siswa
yang melakukan pelanggaran tata tertib bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan
yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas
kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat
alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam
satu pelajaran. Belum banyak memberikan model-model pembelajaran
yang menyenangkan dan menarik bagi anak. Sifat pengajaran saya masih
berfokus pada akademis siswa dan kurang mendekati perasaan / jiwa siswa
Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran
Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari saya adalah bahwa saya harus
memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan ikhlas menjadi
teladan, sahabat dan pendorong bagi cita-cita mereka untuk kemajuan bangsa ini,
karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman
yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan
menirunya. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba
berbagai macam model pembelajaran.
Yang segera bisa saya terapkan dari
pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak memberikan hukuman-hukuman
kepada siswa tanpa tahu penyebab mereka melakukan hal-hal tersebut, lebih sabar
dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa
(keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi lebih intim kepada siswa dan juga menjalin komunikasi dengan orang
tuanya, hal ini bisa dilakukan dengan kunjungan rumah atau home
visit. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui
pemilihan media pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, video maupun audio, atau
pembelajaran yang berbasis permainan (game based learning).
Demikian kesimpulan dan refleksi saya
tentang Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Terima kasih
Salam Sejahtera untuk kita sekalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar